Daerah Alternatif Konservasi Burung


Maraknya penggemar burung kicau memiliki dua dampak yang saling bertentangan.Di satu sisi pengenalan keanekaragaman jenis burung dan kemungkinan bisnis pada masyarakat turut meluas,di sisi lain minimnya kesadaran akan kelestarian alam berakibat pada ekploitasi burung secara besar-besaran yang kemudian mengancam kepunahan burung-burung itu sendiri.
Semasa saya masih kecil,masih banyak menjumpai burung-burung di pekarangan-pekarangan rumah,bahkan ada juga yang mau bersarang di rumah,contohnya seperti glatik wingko,ada yang menyebutnya emprit sabrang,kadang jalak juga mau bersarang di bubungan rumah.Akan tetapi sekarang betapa sulit melihat burung-burung yang berkeliaran di sekitaran rumah kecuali burung gereja.
Dulu di depan rumah masih sering burung datang hinggap di pohon-pohon bunga,atau buah di halaman,malah terkadang mereka bersarang di situ,seperti;prenjak,ciblek,kolibri,gelatik,cerucukan,salakan,kemaduan/cabean,dan burung-burung kecil lainnya,tapi itu dulu....
Beberapa waktu saya berusaha berjalan-jalan di taman-taman perkotaan di daerah Jakarta,di taman-taman kota saya masih melihat beberapa jenis burung yang masih menghuni pepohonan.Di areal kampus-kampus,perkantoran,dan lembaga-lembaga pemerintahan yang mempunyai areal hijaupun masih terlihat beberapa jenis burung berkeliaran.
Bahkan di taman suropati,menteng saya masih melihat burung betet dan kepodang yang di kampung sudah sangat sulit kita temui di hutan-hutannya,di taman monas,saya juga masih melihat burung jalak suren,jalak kebo,betet,limukan,dan burung-burung lain.Di kampus UIN Syarif Hidayatullah,Ciputat saya juga masih melihat beberapa jenis burung yang berkeliaran selain burung gereja,di antaranya,burung cabean/kemaduan,tholi-tholi,prenjak,srikatan,crucukan,kutilang,kolibri,dan burung-burung kecil lainnya.
Setelah saya menelusuri taman-taman kota dan daerah-daerah perkantoran juga beberapa Unifersitas,saya berfikir tidak mustahil kalau areal-areal seperti ini menjadi alternatif konservasi burung.Kenapa saya berfikir demikian?,karena dari pengalaman beberapa kali melepaskan burung di kampung(Magelang,Jogja,Wonosobo,Temanggung,Kebumen) saya merasa tidak efektif,karena usai dilepas kemungkinan ditangkap kembali oleh pemburu sangatlah besar,selain banyak pemburu,masyarakat di kampung juga banyak yang mengerti bagaimana menangkap/menjebak burung.
Sedangkan di daerah perkotaan selain sedikitnya pemburu,masyarakat perkotaan juga jarang dan bisa dibilang sangat sedikit yang tahu bagaimana menjebak/menangkap burung liar.
Selama saya menelusuri taman-taman kota,daerah perkantoran(berpagar),kampus-kampus,saya tidak melihat adanya penjebak burung,dan pakan burung masih bisa mencukupi untuk burung-burung liar.
Dari situlah saya berfikir sangat memungkinkan apa bila areal-areal tersebut di atas menjadi alternatif konservasi burung.
Selain pertimbangan keamanan untuk burung,hal itu mampumenambah keasrian suasana di tempat-tempat tersebut,dan sangat memungkinkan sebagai sarana edukasi pada masyarakat.
                                                                                            Elex.SW/Jakarta/2015

Tidak ada komentar