Trauma Pada Burung

Pengidap trauma atas kejadian yang menimpa ternyata bukan hanya manusia saja,bahkan binatang dan tumbuhan(menurut praduga saya) juga memiliki peluang mengidap trauma.
Saya mengatakan mengidap,karena trauma menurut pemikiran saya merupakan penyakit psikolog yang pembentukannya begitu abstrak,masing-masing pengidap akan berbeda mekanika sistem terbentuknya trauma tersebut,meskipun dengan kasus yang sama.

Kali ini saya akan menceriterakan tentang kasus trauma yang diderita oleh burung peliharaan saya,dia saya beri nama Plato,burung nuri jantan endemik Ambon.
Pada suatu kali si Plato diajak kawan saya ke kontrakannya,ternyata di kontrakan teman saya ada kawannya,teman kawan saya tertarik pada si Plato,mungkin dari rasa penasaran ingin memegang si Plato teman kawan saya melakukan tindakan yang konyol (menurut saya).
Berangkat dari keinginan memegang tapi takut,akhirnya dia pertama-tama menyentuh sayap Plato dengan pensil yang dia pegang,karena melihat si Plato tidak menunjukkan reaksi ketergangguannya,akhirnya dia menjepit kaki Plato dengan penjepit jemuran berwarna kuning.
Sudah tentu Plato menjadi blingsatan karena rasa sakit,karena takut dipatuk Plato teman saya menangkap Plato dengan menubruknya menggunakan handuk.
Sekembalinya Plato pada saya,karena saya lihat dia lapar lantas saya beri jagung muda kesukaannya,ternyata sangat jauh prediksi kejadian yang saya pikirkan,biasanya saat lapar Plato akan dengan cepat memakan jagung muda,kali itu berbeda;dengan ekpresi ketakutan Plato menjerit-jerit dan menjauh dari saya.
Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri saya,setelah saya diberi tahu kejadian di kontrakan kawan saya itu barulah saya mengerti bahwa Plato mengidap trauma.


Pada burung nuri tidak hanya menghafal bentuk dan momentum yang dialami,ternyata burung nuri juga mampu membedakan warna,hal ini saya simpulkan atas dasar prilaku Plato yang trauma pada tindakan orang yang menyepit kakinya menggunakan penjepit jemuran berwarna kuning,dia tidak hanya takut pada penjepit jemuran berwarna kuning tapi juga menghindari benda-benda yang berwarna kuning juga,sampai pada makanan kesukaannya yang berwarna kuning.

Awal saya memelihara Plato juga dia sudah mengalami trauma rupanya,setiap kali melihat jari dengan posisi menyentil pastilah dia menunjukkan rasa takutnya.Kemudian saya terapi dengan membalikkan hal atas yang menimpanya tersebut,dengan prediksi kemungkinan Plato pernah disakiti dengan menyentil.Lantas setiap kali saya memberi makan si Plato,jari-jari saya posisikan seperti mau menyentil,awalnya dia takut tapi karena lapar sedikit-sedikit Plato mendekat ke tangan saya,berulang saya lakukan hal tersebut sampai dia tidak takut lagi pada jari dengan posisi menyentil.
Hal itu yang coba saya balikkan atas apa yang dia alami,yang awalnya dia mengalami jari menyentil untuk menyakitinya kemudian saya balik dengan posisi jari menyentil tapi untuk memberi makan padanya.

Kemudian untuk menangani kasus trauma si Plato pada warna kuning,saya juga mencoba dengan membalikkan memori atas kejadian yang menimpanya,menurut asumsi saya tehnik ini lumayan berhasil diterapkan pada burung nuri.
Dengan menimpa/mengubur memori atas kejadian yang dialami dengan memori kejadian yang berbanding terbalik,meskipun sebenarnya memori tersebut tidak hilang,tapi tidak mudah muncul dalam suatu kondisi yang sama.
Trauma menurut hemat saya adalah sikap ketidak beranian dalam melawan kesimpulan kejadian yang belum tentu sama ujung kejadian tersebut,seperti halnya hal yang dialami Plato saat melihat penjepit jemuran berwarna kuning,kenapa dia mengidap trauma hal ini dikarenakan binatang menghafal momentum dan tidak memiliki penalaran atas momentum itu sendiri,mungkin yang dia kira saat melihat penjepit jemuran warna kuning adalah penda yang akan menyakiti kakinya.
Melalui prediksi kemungkinan tersebut saya melakukan penimbunan memori dengan pembalikan kesimpulan momentum dari benda itu sendiri.
Pertama yang saya lakukan adalah membuat lapar si Plato,dengan tujuan pembentukan pendorong (reaktor) atas aksinya,dengan kebutuhan makan binatang mudah kita arahkan untuk melakukan suatu tindakan,saya meletakkan penjepit jemuran di dekat makanannya.
Beberapa jam Plato belum mau mendekati makanannya,kemudian saya memasukkan Plato ke dalam sangkar dan memasukkan beberapa benda berwarna kuning,setelah itu saya mengerodong kurungan lantas menyetel musik untuk membuat suasana tenang.

Kira-kira 4-5 jam saya buka kerodong kurungan dan saya memberi makan jagung muda,ternyata pelan-pelan dia mendekati jagung dan memakannya.
Selama 3 hari setiap saya memberi makan si Plato selalu membawa penjepit jemuran berwarna kuning,karena dia sudah mulai tidak takut dengan warna kuning kemudian saya menambahkan gantungan benda-benda berwarna kuning pada tenggeran si Plato.
Hasilnya selama satu minggu trauma pada warna kuning si Plato tidak aktif dalam memorinya.
Saya simpulkan bahwa memori atas momentum penyebab trauma telah terkubur.

Semoga pengalaman ini bisa menjadi salah satu metode mengubur trauma pada burung peliharaan anda.
Dalam melakukan terapi ini kita perlu mengawasi dengan teliti supaya tidak ada prilaku yang membahayakan burung peliharaan anda,jika masih terlalu takut anda perlu menjauhkan letak benda (masih terlihat oleh burung )yang membuat trauma burung anda.

Elex.SW
2016/Ciputat-Tangsel
http://republiksablon.com/


Tidak ada komentar